Warsito Klaim 200 Pasien Kanker Sembuh Total dengan Alatnya

Tangerang - Dalam upayanya mengobati sang kakak yang menderita kanker payudara stadium IV, Warsito P. Taruno, ilmuwan penemu Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT), bersama sejumlah rekan peneliti di CTECH Labs Edwar Technology justru berhasil melakukan sebuah terobosan yang terbilang kontroversial di dunia kedokteran dengan alat pembasmi sel kanker ganas rancangannya.
Alat terapi kanker rancangan Doktor lulusan Universitas Shizuoka ini bukan berupa mesin besar berteknologi tinggi yang sering dijumpai di berbagai instansi kesehatan, namun hanya berupa seperangkat pakaian yang mengandung aliran listrik statis rechargeable.
Alat yang berbasis teknologi ECVT itu terdiri dari empat perangkat yakni brain activity scanner(pemindai aktivitas otak), breast activity scanner (pemindai aktivitas payudara), brain cancerelectro capacitive therapy (terapi kapasitif elektro kanker otak), dan breast cancer electro capacitive therapy (terapi kapasitif elektro kanker payudara).
Alatnya Miliki Paten Internasional
Warsito mengakui, keempat alat rancangannya tersebut sedang dalam proses pengajuan hak paten. Sementara alat pemindai 4Dimensi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) miliknya sudah terlebih dahulu dipatenkan pada lembaga paten internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006.
Brain activity scanner dirancang Warsito pada tahun 2010. Alat ini berbentuk layaknya helm sepeda yang dilengkapi dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer. Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak. Dengan alat itu, dokter juga bisa melihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien. Sementara itu, breast activity scanner diciptakan pada September 2011 juga berprinsip sebagai pemindai “kehidupan” sel kanker dalam tubuh.
“Dari 2006, saya fokus di imaging sampai saya balik ke Indonesia, baru mulai untuk ke aplikasinya di dunia kedokteran. Karena ini adalah mimpi saya sewaktu di Amerika,” ungkap Warsito.
Kemudian, untuk membasmi sel–sel kanker ganas yang sudah terdeteksi, Warsito membuat brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy. Dua alat berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga baterai itu terbukti dapat membunuh sel kanker hingga tuntas hanya dalam waktu dua bulan.
Mendapat Ilmu di Jepang
Namun alat terapi ciptaan pria kelahiran Karanganyar, Solo, ini tidak semata–mata diterima begitu saja oleh masyarakat. Pro–kontra terus bergulir di antara kalangan profesional medis menyikapi alat pembasmi kanker tersebut.
“Memang, banyak yang ‘panas’ sama temuan saya. Tapi saya sudah mengembangkan riset ini sejak dua puluh tahun lalu dan ini bukan riset asal-asalan,” sanggah Warsito.
“Dari pengalaman selama dua puluh tahun itu, saya sangat paham kemampuan gelombang untuk mempengaruhi materi dan sebagai diagnosis terhadap materi itu sendiri. Jadi kalau (mereka) pernah melakukan riset ini, tentu ini bukan hal yang ajaib untuk bisa diaplikasikan,” ujarnya sambil tergelak.
Sewaktu masih duduk di bangku kuliah Universitas Shizuoka, Warsito mendalami riset tentang interaksi antara gelombang ultrasonik dan elektromagnetik dengan materi, yaitu sel–sel dalam tubuh. Dari penelitian ini, Warsito menyimpulkan hasil interaksi antara dua energi tersebut menghasilkan suatu fenomena baru yang bisa diaplikasikan untuk mempengaruhi materi.
“Fenomena ini disebut plasma di dalam cairan, karena biasanya plasma terjadi di udara,” jelasnya
Cara Kerja Alat
Plasma merupakan substansi yang mirip dengan gas dengan bagian tertentu dari partikel terionisasi. Adanya pembawa muatan yang cukup banyak membuat plasma bersifat konduktor listrik sehingga bereaksi dengan kuat terhadap medan elektromagnet.
Oleh karena itu, plasma memiliki sifat-sifat unik yang berbeda dengan zat padat, cairan maupun gas, dan dianggap merupakan wujud zat yang berbeda. Plasma dapat dibuat dengan menggunakan medan listrik pada tekanan rendah sehingga terbentuk suhu yang sangat tinggi pada tabung eksperimen, sehingga terciptalah plasma yang sifatnya unik.
Prinsip plasma ini kemudian digunakan oleh Warsito dalam risetnya bahwa gelombang elektromagnetik dapat menghancurkan senyawa organik, seperti sel kanker ganas. Semula ia tidak begitu yakin bahwa eksperimen tersebut akan berhasil.
“Tadinya saya cuma ingin memperlambat laju pertumbuhan sel kanker. Ternyata semakin banyak riset yang membuktikan bagaimana powerful-nya gelombang dengan energi yang sangat kecil untuk menghancurkan sel kanker,” kata suami dari Rita Chairunissa ini.
Warsito mengungkapkan, energi aliran listrik yang terkandung dalam alat terapi miliknya hanya sebesar 3 volt. Ia meyakini, sel kanker dapat hancur dengan terpaan energi seminim itu tanpa mempengaruhi pertumbuhan sel–sel normal lainnya.
“Polaritas listrik sekecil itu bisa membuat kacau listrik di dalam sel kanker yang sedang membelah diri dan akhirnya sel tersebut hancur pada saat pembelahan,” jelasnya.
Dipasang dalam Pakaian
Prosedur terapi basmi kanker ala Warsito ini diawali dengan mendeteksi posisi sel kanker secara akurat. Ia menuturkan, pengaturan elektroda sebagai pemancar gelombang juga harus disetel akurat sesuai dengan frekuensi gelombangnya. Kemudian, elektroda tersebut akan disisipkan di dalam pakaian khusus yang disesuaikan dengan letak kanker yang diderita pasien. Ada yang berbentuk bra, rompi, celana, masker, selimut dan masih banyak lagi.
“Kalau selimut biasanya untuk pasien yang kankernya sudah menjalar ke seluruh tubuh. Atau tumor di tulang belakang,” ujarnya.
Pada kasus kanker ganas, pasien dianjurkan untuk terus menggunakan alat terapi ini selama 4–16 jam per harinya. Sedangkan bagi kasus umum lainnya memerlukan waktu selama 12–16 jam.
Lebih dari 6.000 pasien sudah ditangani oleh Warsito bersama sejumlah physical medician dan dokter pimpinannya sejak pertengahan 2011 lalu. Pada pasien kanker stadium IV yang menjalani terapi di klinik kanker Warsito, persentase kesembuhan bisa mencapai 40–50 persen, sedangkan pada stadium III mencapai 70 persen.
“Sedikit orang yang percaya kalau penderita kanker bisa sembuh total. Disini, yang sembuh total sudah mencapai 200-300 orang,” ujarnya.
Masalah Izin
Warsito, yang juga menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Partai Keadilan Sejahtera di Komisi Kebijakan Publik, menyayangkan adanya pembatasan kerjasama dengan rumah sakit di Indonesia untuk penggunaan alat terapi ini.
Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya.
“Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” katanya.
Penulis: Ajeng Quamila/HA